Monday, December 7, 2009

Es di Puncak Kilimanjaro Hilang

Es di Puncak Kilimanjaro HilangGunung Kilimanjaro dan Gunung Kenya di Afrika tetap berdiri kukuh, dengan puncak es yang gagah serta hutan lebat di lerengnya. Namun, gambaran mengagumkan Gunung Kenya dan Kilimanjaro itu bakal tinggal cerita. Puncak es di kedua gunung tersebut makin tipis dan akan segera menghilang. Apalagi penyebabnya, kalau bukan pemanasan global.

Seperti dimuat laman All Afrika, para ahli memperingatkan es di atas Gunung Kenya akan hilang sama sekali pada 2050, jika tak ada upaya berarti dilakukan untuk membendung pemanasan global, termasuk yang diakibatkan emisi karbon perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat dan China.

Demikian pula nasib Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Es di gunung tertinggi di Afrika itu makin menyusut. Total area yang diselimuti salju menurun dari 12 kilometer persegi pada tahun 1900, tinggal dua kilometer persegi di tahun 2000.

Ahli mengungkapkan salju di punjak Kilimanjaro hilang sebanyak 80 persen dalam waktu satu abad. Diperkirakan pada 2020, es di Kilimanjaro benar-benar hilang.

Lonnie Thompson, profesor Ilmu Bumi Ohio State University menemukan 85 persen es di puncak Kilimanjaro pada 1912, menghilang pada 2007.

Pencairan es di beberapa tahun belakangan ini unik. Pada 2000 dia menguji sample es Kilimanjaro. Dia menemukan salju di permukaan teratas di sana tidak padat, namun penuh bolongan yang memanjang, bukti bahwa telah terjadi proses pencairan dan juga pembekuan dalam beberapa tahun ini.

Selain mengukur penyusutan es, para peneliti mencari tahu apakah mencairkan salju di puncak berakibat pada aktivitas manusia dan mempengaruhi iklim.

Sementara, para pendaki Gunung Kenya mengaku bingung. Sebab, mereka menemukan level es yang berbeda ketika mendaki kembali gunung itu. Atas perubahan itu, para pendaki menyerukan tindakan darurat untuk menyelamatkan es di puncak Gunung Kenya.

Salah satunya, Waithera Kuria, pendaki dari Nairobi. Dia mengatakan apa yang dilihatnya saat ini berbeda ketika dia menaklukan Gunung Kenya 15 tahun lalu.

"Berdasarkan apa yang kami lihat dan informasi yang kami dapat dari porter yang bekerja setidaknya dalam 15 tahun, kondisinya benar-benar berbeda. Ini bukti, pemanasan global nyata," kata dia.

Salju yang meleleh, kata dia, mereka mengalir ke bawah dan membentuk danau-danau.

Fakta pemanasan global di dua Gunung Kenya dan Kilimanjaro harus dijadikan pegangan Afrika dalam konferensi perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark. Warga dunia harus memerangi pemanasan global.

Menanggapi fenomena serupa di Gunung Kenya dan Gunung Kilimanjaro, beberapa waktu lalu diadakan konsolidasi antar negara Afrika di Addis Ababa.

Diputuskan bahwa Afrika tidak akan menerima pengganti Protokol Kyoto. Afrika. Jika diganti, dikhawatirkan komitmen negara-negara industri maju melemah, sementara semua bagian bumi, tak terkecuali, bisa jadi korban.

sumber: berbagai sumber

No comments:

Post a Comment